ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pasangan bakal calon (balon) gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) yang kini belum lengkap koalisinya adalah Rusda Mahmud-Sjafei Kahar. Pasangan ini baru mendapatkan rekomendasi Demokrat (6 kursi di DPRD Sultra), kurang 3 kursi koalisi lagi.
Pengamat politik Prof. Eka Suaib menilai kedua figur itu cukup baik namun kelemahannya karena bukan pemilik partai. Selain itu, sejak awal Rusda yang juga mantan Bupati Kolaka Utara ini telah mengkancing untuk berpasangan dengan mantan Bupati Buton Sjafei.
“Partai politik dalam mendukung calon, salah satu opsinya adalah mendorong kadernya. Ketika sudah membuat kunci seperti itu maka proses-proses negosiasi dan kompromi politik itu sulit akan didapatkan,” tutur Eka yang juga akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) di Kendari, Minggu (26/11/2017).
Koalisi yang dimungkinkan Demokrat saat ini adalah dengan Hanura (3 kursi) atau bisa juga dengan Gerindra (4 kursi). Namun kata Eka, gestur Hanura saat ini mengarah ke Asrun sedangkan pergerakan di Gerindra saat ini belum diketahui.
“Gerindra akan terlihat pada proses-proses politik yang ada dan mungkin agak repot ke Rusda. Sehingga mungkin akan jatuh ke orang yang lain antara Ali Mazi, Asrun, ataupun yang lain,” tutur Eka.
Jika tidak ada upaya-upaya serius maka Rusda Mahmud dan Sjafei Kahar tidak akan mendapatkan koalisi pencalonan. Apalagi, batas waktu mencari koalisi yang diberikan Demokrat hingga 30 November 2017 akan segera berakhir.
(Baca Juga : Romantika Politik Perjalanan Tiga Tokoh Mengunci Dukungan Partai)
Jika Demokrat konsisten dengan batas waktu itu, maka ada kemungkinan rekomendasi akan ditarik lalu diberikan ke pasangan Asrun-Hugua (koalisi PAN, PKS, PDIP, PPP) ataupun Ali Mazi-Lukman Abunawas (koalisi Golkar Nasdem).
Olehnya kata Eka, pada Pemilihan Gubernur Sultra 2018 kemungkinan hanya akan ada 3 pasang calon bila Wa Ode Nurhayati-Andre Darmawan juga lolos di jalur perseorangan/independen. (A)
Reporter: Muhamad Taslim Dalma
Editor: Jumriati