ZONASULTRA.COM, KENDARI – Hingga Desember 2019 Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Wilayah (Kanwil) Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki stok beras di gudang sebanyak 12 ribu ton.
Kepala Perum Bulog Kanwil Sultra, Ermin Tora mengatakan, penyerapan beras sepanjang 2019 mencapai 18 ribu ton, ditambah dengan stok awal di penghujung 2018 mencapai 16 ribu ton sehingga total keseluruhan 34 ribu ton. Sementara yang sudah tersalurkan ke masyarakat mencapai 22 ribu ton karena sisa cadangan beras di gudang saat ini mencapai 12 ribu ton.
“Saya bisa pastikan bahwa beras yang kami salurkan masih bagus, kalaupun ada yang mengalami perubahan kualitas itu tidak kami salurkan tetapi kami perbaiki kualitasnya,” ungkap Ermin ditemui usai penandatangan MoU dengan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sultra di Kendari, Rabu (18/12/2019).
Ermin menegaskan pihaknya terus berkomitmen memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam hal memastikan kualitas beras yang disalurkan. Tahun depan pihaknya akan mendatangkan mesin rise to rise. Mesin ini digunakan untuk memperbaiki beras yang mengalamai perubahan kualitas.
Baca Juga : 20 Ton Beras Bulog untuk Bantuan Pangan Non Tunai Ditemukan Rusak
Bulog juga tetap melakukan pengawasan di setiap gudang miliknya dengan memperhatikan kondisi beras secara berkala, serta menjaga kondisi suhu ruangan penyimpanan beras serta kebersihan gudang. Bahkan sebelum penyaluran, dilakukan sortasi atau pemeriksaan ulang oleh Bulog, masyarakat, dan pemerintah daerah (Pemda).
“Rata-rata beras kita sudah tersimpan 7 bulan di gudang, saya akui pasti ada yang mengalami perubahan kualitas bukan penurunan mutu. Tapi jumlah tidak besar hanya sebagain kecil saja, dan yang sebagian kecil itu kita tidak salurkan dan kita salurkan yang kondisinya masih layak,” Ermin menegaskan.
Ia menjelaskan bahwa perubahan kualiatas beras bisa saja terjadi dan banyak faktor penyebab. Salah satunya masih banyak penggiling beras petani yang belum memiliki mesin pengering dan masih mengandalkan sistem jemur di lantai. Sementara Bulog ditugaskan pemerintah menyerap beras di petani sebanyak mungkin.
Apabila Bulog hanya membeli beras yang menggunakan mesin pengering, tentu akan berakibat pada petani yang masih menjemur di lantai, dan beras mereka bisa dibeli oleh penadah dengan harga yang rendah dari ketentuan pemerintah.
Kemudian soal Bulog harus memiliki cadangan beras adalah salah satu tugas yang dijalankan karena Bulog merupakan BUMN yang menjaga harga beras di pasar tetap stabil. Artinya ketika ada kenaikan harga besar-besaran Bulog harus siap menyalurkan beras di pasar dengan harga normal.
“Selain itu, apabila ada bencana alam tidak mungkin kan saat Bulog ditanyakan beras bilang bahwa beras kita habis, jadi kita harus mempunyai cadangan. Kalau mau seperti komersil semua dalam sekejap juga bisa kami habiskan stok di gudang itu,” ujarnya.
Beras yang ada saat ini di Gudang Bulog merupakan beras jenis medium dan premium. Beras tersebut diserap dari petani yang berada di lumbung padinya Sultra yakni Konawe, Kolaka Timur (Koltim), Bombana, Konawe Selatan (Konsel), dan Kolaka.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 20 ton beras milik Bulog dikirim dari gudang Unaaha, Kabupaten Konawe ke gudang Bulog Wangkanapi, Kota Baubau, ditemukan rusak. Ermin mengklaim beras 20 ton yang rusak tersebut hanya sekitar 3 persen dari 600 ton berdasarkan permintaan. (a)
Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati