Kisah Ibadah Haji Masiyan Dua Jamaah Asal Sultra

734
Kisah Ibadah Haji Masiyan Dua Jamaah Asal Sultra
IBADAH HAJI - Dari total 1.331 orang jamah haji asal Sulawesi Tenggara (Sultra), dua diantaranya memilih menjalankan ibadah haji secara masiyan atau berjalan kaki. Dokumentasi Suriadi For Zonasultra.com
Kisah Ibadah Haji Masiyan Dua Jamaah Asal Sultra
IBADAH HAJI – Dari total 1.331 orang jamah haji asal Sulawesi Tenggara (Sultra), dua diantaranya memilih menjalankan ibadah haji secara masiyan atau berjalan kaki. Dokumentasi Suriadi For Zonasultra.com

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dari total 1.331 orang jamah haji asal Sulawesi Tenggara (Sultra), dua diantaranya memilih menjalankan ibadah haji secara masiyan atau berjalan kaki. Keduanya adalah Suryadi Muhammad Jaffar yang tergabung dalam rombongan 8 regu 30 dan Wijayanto Kromosumito bin Kromisumito (55) di regu 16 rombongan 4.

Salah satu jamaah haji tersebut, Suriyadi Muhammad Jaffar kepada Zonasultra.com mengungkapkan pengalamannya selama menjalankan ibadah haji dengan cara yang berbeda dengan jamaah haji lainnya yang berasal dari Sultra.

Selama menjalankan ibadah haji masiyan, dirinya berjalan kaki dari hotel tempat mengambil miqot ke Arofah kemudian kembali ke Muzdalifah lalu ke Mina selanjutnya ke Masjidil Haram hingga kembali lagi ke hotel kurang lebih sekitar 56 km.

Awal perjalanan ibadah haji masiyan yang dilakukan Suriadi dan Wijayanto bersama jamaah haji lainya yang berasal dari berbagai negara yaitu, berangkat dari hotel teman mereka di daerah Aziziah pukul 4.15 sore waktu Arab Saudi menuju Arafah yang jaraknya sekitar 17 km melewati Muzdalifah. Mereka menjalankan ibadah salat Magrib di Masjid Masyaril Haram, Muzdalifah, di mana salat di jamak qasar dengan salat isya.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Untuk menghindari terik panas matahari, mereka berjalan pada malam hari bersamaan dengan jutaan jamaah haji yang juga melaksanakan masiyan. Terkait masalah konsumsi, lanjut Suriyadi, setiap jarak 150 meter terdapat mobil truck tronton yang membagikan minuman dan bingkisan snack kepada jamaah haji masiyan secara gratis.

ibadah_haji1Mereka tiba di Arafah tepat pukul 2.30 dini hari waktu setempat, mereka kemudian beristirahat di tenda yang telah mereka pesan. Sebelum berangkat menuju Arafah mereka telah menyewa anak-anak Arab untuk mendirikan tenda terpal dengan bayaran upah 150 riyal atau sekitar Rp 520 ribu.

“Kebetulan tenda yang kami pesan berhadapan dengan Masjid Namirah di Arafah, sesampainya di tenda kami langsung istirahat menunggu adzan Subuh,” ungkap pria yang sehari-harinya bekerja sebagai wiraswasta.

Memasuki waktu Magrib, jamaah haji masiyan bersiap meninggalkan wilayah Arafah dengan kembali berjalan kaki menuju Mina melalui wilayah Muzdalifah. Sesampainya di Muzdalifah pukul 11 malam waktu setempat, mereka melaksanakan mabit di Muzdalifah hingga waktu subuh. Usai salat Subuh seluruh jamaah haji mencari kerikil untuk persiapan melempar jumrah aqabah.

“Terus  perjalanan kami lanjutkan menuju Mina yang jaraknya sekitar 7 km, kami sampai pas jam 8 pagi dan kami melempar dengan sangat aman dan lancar di lantai dasar, selesai melempar jumrah kami cukur gundul dan menyembelih hewan qurban,” ungkap pria asal Kecamatan Kolono, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) ini.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Malam tanggal 11 September 2016 dirinya bersama rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju wilayah Mina untuk mabit karena sekitar 2 km dari tempat melaksanakan mabit ada hotel teman mereka.

Pukul 02.00 dini hari dirinya bersama Wijianto menuju Masjidil Haram untuk mengerjakan tawaf ifadah dan sai haji. Semua rangkaian itu selesai tepat pukul  6.20 pagi dan setelah itu mereka kembali lagi ke hotel dengan jarak tempuh pulang pergi 16 km.

“Alhamdulilah komunikasi dengan keluarga lancar dan saya sering video call bersama keluarga dan hanya ketawa-ketawa saja terkait kabar kami yang hilang, begitu pula dengan Pak Wijianto sering bekomunikasi melalui sambungan telpon seluler bersama keluarganya, intinya kami sehat walafiat,” ungkapnya.

Banyak Teman

Suriyadi berharap ke depan Kementerian Agama mengadakan juga layanan haji masiyan bagi jamaah haji yang mampu melaksanakannya, karena sebenarnya ada sejumlah jamaah yang ingin menjalan ibadah haji secara masiyan.

Kegiatan jamaah haji saat melontar jumroh. Dokumentasi Suriadi For Zonasultra.com
Kegiatan jamaah haji saat melontar jumroh. Dokumentasi Suriadi For Zonasultra.com

 

Rasa bahagia begitu dirasakan dirinya bersama Wijianto karena dengan haji masiyan bisa bertemu dengan teman-teman baru yang bersama mengerjakan ibadah haji secara masiyan.

“Seperti 2 teman serombongan asal Singapura, dari Malaysia 2 orang juga, bahkan ada TKI yang kerja di London juga memilih masiyan juga, ada dari Tarakan 4 orang yang katanya bisa berangkat haji setelah bayar Rp 200 juta tapi bukan yang lewat Fhilipina, dia lewat AL Muasassah Syaikh Ali Jabr Indonesia, dan masih banyak cerita menarik lainnya,” ungkapnya dengan semangat. (A)

 

Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini