ZONASULTRA.COM, KENDARI – Rumah orang tua Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Idham Azis, yang terletak di Kelurahan Kampung Salo, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (24/10/2019) pagi nampak sepi.
Nyaris tak ada aktivitas di dalamnya. Hanya ada satu unit mobil Toyota Innova berwarna hitam yang terpakir di halaman rumah.
Dari informasi yang dihimpun, ibunda Idham Azis, Hj Tuti Pertiwi telah berangkat ke Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Awak media pun dipersilakan masuk ke dalam rumah orang tua Idham Azis itu. Dari depan pintu masuk, sejumlah foto Idham Azis terpajang dengan rapi di atas meja dan di sejumlah sudut ruang tamu.
Idham kecil mulai mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 8 Kendari, lalu di SMPN 2 Kendari, dan SMAN 1 Kendari. Usai lulus dari SMA, Idham Azis lalu mencoba peruntungan dengan mendaftar menjadi anggota kepolisian, dan lulus sebagai Akpol 1988.
Idham di Mata Guru
Idham Azis memulai pendidikan dasar pada tahun 1971 di SDN 8 Kendari. Di sana Idham menghabiskan masa kecilnya dengan belajar.
Hj. Fatimah Hasan (70) yang saat itu menjadi guru agama Idham menjadi saksi bagaimana kehidupan sekolah Idham. Dengan sedikit meraba-raba ingatan, Fatimah menceritakan bagaimana Idham kecil menjadi salah satu siswa yang menonjol.
“Anaknya pintar, dan sangat sopan. Dia itu anaknya sangat bertanggung jawab, kalau ada tugas yang kita berikan, pasti dia kerjakan dan dia selesaikan. Walaupun kadang-kadang juga salah, tapi dia selalu selesaikan tugas sekolahnya,” bebernya.
Di mata Fatimah, Idham merupakan sosok penyabar dan tidak pernah berbuat ulah semasa sekolah. Idham juga dikenalnya sebagai sosok yang bertanggung jawab.
Soal Idham yang kini tengah santer digadang-gadang menjadi calon tunggal Kapolri, Fatimah mengaku sudah mengetahui hal itu. Kabar itu diketahuinya melalui tayangan televisi, serta perbincangan tetangga-tatangganya.
“Iya sudah tahu, tentu bangga. Alhamdulillah, terharu. Saya hanya mau minta, dia menjalankan tugasnya dengan baik, ikhlas dan tetap mengingat kepada Allah dan kepada orang tuanya. Juga jangan lupa kepada guru-gurunya dan utamanya Kampung Salo jangan dilupa,” ungkap Fatimah.
Salah seorang warga Kampung Salo, Samsyiah mengaku bangga mendengar kabar Idham Azis yang akan menjadi Kapolri. Baginya, suatu kebanggaan bagi masyarakat Kampung Salo dengan terpilihnya Idham Azis sebagai Kapolri.
“Iya sudah dengar, pak Idham bakal jadi calon Kapolri. Dapat informasinya dari tetangga dan dari media sosial, sama telivisi juga. Jelas senang dan bangga, apalagi pak Idham warga Kampung Salo,” ucapnya.
Lurah Kampung Salo, Budi Utomo mengaku Idham adalah sosok yang dermawan. Berkat kedermawanan Idham masjid megah di Kelurahan Kampung Salo dapat berdiri kokoh.
“Saya masih ingat dulu, pak Idham berikan kita bantuan untuk pembangunan masjid di Kampung Salo. Dan memang tidak terhitung kebaikannya, setiap kali kita butuh bantuan pasti pak Idham selalu bantu,” katanya.
Prestasi Idham
Komjen Polisi Idham Azis menjadi satu-satunya calon Kapolri. Nama Komjen Pol Idham Azis yang santer akan menggantikan posisi Jenderal Polisi Tito Karnavian pun telah diserahkan ke DPR RI oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Idham Azis sendiri lahir di Kendari, 30 Januari 1963. Ia merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Idham Azis kecil tinggal di Kelurahan Kampung Salo, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Sejak kecil, Idham Azis dikenal sebagai orang yang ulet dan sederhana di mata keluarga dan para tetangganya.
Pengalaman di bidang reserse dan anti-teror telah mengantarkannya menduduki sejumlah jabatan strategis di tubuh Polri.
Salah satu keberhasilan Idham Azis yang paling mentereng adalah melumpuhkan pentolan teroris Dr Azhari di Batu, Jawa Timur pada 2005. Lalu berhasil mengungkap kasus mutilasi tiga gadis Kristen di Poso yang menyita perhatian publik.
Idham sendiri memulai karirnya sebagai Pamapta di Polres Bandung. Ia menduduki beberapa jabatan di Polres Bandung hingga 1999 sampai akhirnya dimutasi sebagai Kanit di Ditreskrimum Polda Metro Jaya dengan pangkat Kompol.
Sejak itu, Idham beberapa kali menduduki jabatan di bidang reserse. Pada September 2004, Idham sempat menduduki jabatan Wakapolres Metro Jakarta Barat selama sebulan, sebelum akhirnya dimutasi menjadi Inspektur Bidang Operasi di Polda Sulawesi Tengah.
Pada Juni 2005, Idham memulai karirnya di Densus 88 Anti-teror dengan jabatan sebagai Kanit Pemeriksaan Subden Investigasi. Bersama Tito yang kala itu sama-sama masih berpangkat AKBP, Idham berhasil melumpuhkan otak bom Bali Dr Azahari pada 9 November 2005. Sehari setelahnya, Idham diperintahkan ke Poso mendampingi Tito menuntaskan kasus mutilasi tiga gadis Kristen.
Idham juga pernah menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat pada akhir 2008, lalu menjadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya. Pada September 2010, Idham didapuk menjadi Wakil Kepala Densus 88 Anti-teror Polri mendampingi Tito.
Jabatan itu diemban selama sekitar dua tahun lima bulan hingga akhirnya dimutasi menjadi Dirtipikor Bareskrim Polri sekaligus mendapat promosi pangkat menjadi Brigjen atau jenderal bintang satu.
Kemampuannya di bidang terorisme membuat Idham dipercaya sebagai Kapolda Sulawesi Tengah pada Oktober 2014. Di mana Sulteng saat itu merupakan wilayah yang rawan dengan kelompok sipil bersenjata.
Idham kemudian ditarik kembali ke Mabes Polri dengan menjabat Inspektur Wilayah II Itwasum Polri di tahun 2016, dan kemudian mendapat promosi jabatan sebagai Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri sekaligus naik pangkat menjadi jenderal bintang dua atau Irjen.
Setahun kemudian dia dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya menggantikan M. Iriawan, dan terakhir ditunjuk menjadi Kabareskrim Polri menggantikan Komjen Arief Sulistyanto yang dimutasi menjadi Kalemdiklat Polri.
Selain sukses menangani kasus bom Bali II dan mutilasi tiga siswi di Poso, Idham juga terlibat dalam operasi-operasi skala besar. Seperti Operasi Anti-Teror Bareskrim Polri di Poso (2005-2007), Operasi Camar Maleo (2014-2016), dan Operasi Tinombala (2016). (SF/*)