Survei Tunjukkan Masyarakat Sultra Ingin Pemimpin Baru

pilgub sultra, pilgub sultra 2018, ali mazi, asrun, rusda mahmud, won
Ilustrasi

pilgub sultra, pilgub sultra 2018, ali mazi, asrun, rusda mahmud, won Ilustrasi

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Tingginya dinamika politik menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2018 semakin mencuat. Dalam Coffee Morning bertajuk Strategi Membangun Sultra 18, Minggu (3/12/2017) di Kendari, terungkap 65,27 persen masyarakat di Sultra menginginkan pemimpin baru.

Direktur Eksekutif Jaringan Suara Nusantara (JSN) Lery Iskandar Syamsu menyebutkan, awal November lalu, JSN telah melakukan survei terhadap beberapa tokoh politik yang berpeluang tampil di Pilgub Sultra 2018, yaitu Asrun, Ali Mazi, La Ode Masihu Kamaludin, Rusda Mahmud, termasuk dua pilar perempuan di Sultra, yaitu Wa Ode Nurhayati (WON), dan Tina Nur Alam.

“Dari representasi proses riset JSN, memang masyarakat hari ini melihat dan menginginkan pemimpin yang baru dalam kancah pertarungan Pilgub Sultra 2018,” ungkap Lery Iskandar.

Dilihat dari resistensi data, kata Lery Iskandar, WON merupakan bagian dari keterwakilan perempuan yang memiliki popularitas mengimbangi Asrun, Rusda Mahmud dan Ali Mazi.

Dari total 800 responden yang tersebar di 17 kabupaten/kota, memang ada sekitar 65,27 persen masyarakat Sultra menginginkan pemimpin yang baru. Namun data ini masih dimungkinkan ada perubahan hingga pilgub nanti.

Lebih lanjut Lery Iskandar menyebutkan, indikator masyarakat mengiginkan pemimpin baru karena masyarakat melihat dari awal tahun 2000 hingga akhir 2017 ini, perkembangan Sulawesi Tenggara secara umum tidak memiliki banyak perubahan.

Dalam artian, tidak ada sektor yang terbuka dengan baik, misalnya sejak Gubernur Ali Mazi dan Nur Alam, hampir tidak ada ruang atau keterwakilan masyarakat untuk berperan aktif dalam diskusi, atau berkolaborasi bersama pemerintah dalam mengembangkan Sultra. Inilah penyebab mengapa masyarakat Sultra cenderung menginginkan pemimpin baru.

Selain itu, tokoh-tokoh politik yang berkeinginan maju sebagai Gubernur hari ini, dianggap sebagai politikus lama dan cenderung stagnan, karenanya, mereka menilai tidak ada salahnya mengusung pemimpin yang baru, sehingga bisa membuka ruang-ruang diskusi pemerintah bersama masyarakat.

“Indikator ini yang menyebabkan popularitas Wa Ode Nurhayati bisa mengimbangi politisi seperti Asrun, Rusda Mahmud, serta Ali Mazi. Sebagai mantan aktivis perempuan, ia dianggap bisa membuka ruang diskusi antara pemerintah dan masyarakat,” kata Lery Iskandar Syamsu (Direktur Eksekutif JSN).

Hal senada juga di ungkap Abdul, salah seorang aktifis mahasiswa. Ia menilai Wa Ode Nurhayati merupakan politisi perempuan yang bisa membawa perubahan untuk Sultra. Selain itu, Wa Ode dianggap sebagai figur muda yg memiliki tingkat penerimaan cukup besar dari masyarakat Sultra.

Coffee Morning bertajuk Strategi Membangun Sultra 18 ini dihadiri perwakilan aktivis dan peneliti muda dari berbagai lembaga di Sultra, antara lain JSN, Komunitas Hijau Sultra, Lingkar Survey Sultra (LSS) dan Arus Indonesia. (B)

 

Reporter: Nova Ely Surya
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini