Ilustrasi (Google Images)
ZONASULTRA.COM, MANADO – Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok yang mengunjungi Sulawesi Utara (Sulut) terus meningkat secara signifikan. Pada kuartal I-2016, jumlah wisman berkunjung ke Sulut hanya 3.467 orang, namun awal tahun 2017 meningkat menjadi 17.335 orang yang didominasi wisman dari Tiongkok.
“Jumlah wisatawan mancanegara berkunjung ke Sulut selama kuartal I tahun 2017 meningkat hingga lima kali lipat dari posisi kuartal I tahun 2016,” kata Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey di Manado, Jumat (26/5).
Gubernur Olly menjelaskan, berdasarkan asal negara, wisman asal Negeri Tirai Bambu selalu menempati urutan pertama asal negara yang berkunjung ke Sulut. Pada Maret 2017, jumlah wisatawan Tiongkok yang melancong ke daerah itu mencapai 3.889 orang atau 75,54 persen dari keseluruhan wisman.
Baca Juga : Sambut Asian Games 2018, Palembang Bikin Kampoeng Warna-Warni
Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura, Jerman, Amerika Serikat dan Hongkong di mana kunjungan wisman dari negara-negara tersebut hanya berkisar 109-170 orang.
“Untuk menningkatkannya lagi, pemerintah akan terus mengupayakan adanya penerbangan langsung dari Manado menuju ke beberapa negara yang lebih dekat dengan Sulut. Kami akan terus jajaki penerbangan langsung ke Manado dari beberapa negara di Asia,” kata Gubernur Olly.
Selain itu, di melanjutkan, daerah tujuan wisata di Sulut akan diperbanyak dengan menggarap objek wisata yang belum digarap maksimal padahal dapat menarik perhatian wisman.
“Selain Pulau Bunaken, kami masih punya Pulau Siladen, Bukit Kasih Kanonang, Bukit Doa Tomohon, Danau Linow, Pulau Lihaga, Pantai Lakban, Gunung Api Mahangetang, Taman Nasional Tangkoko dan beberapa lagi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan lagi,” papar Gubernur Olly.
Sektor pariwisata di Sulut semakin moncer memang bukan isapan jempol. Terbukti pada Manado International Conference on Tourism (MICT) yang digelar 24 Mei 2017 kemarin banyak diminati investor asal luar negeri dan menghasilkan kesepakatan bisnis senilai 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 5,2 triliun.
Baca Juga : Menelusuri Wisata Sejarah Bung Karno Lewat Parade Pesona Kebangsaan 2017
Kesepakatan tersebut terdiri dari kerjasama bisnis yakni kerjasama investasi antara PMA Cina dengan perusahaan Indonesia terkait pembangunan di Manado Selatan untuk hotel, apartemen, shopping mall dan diving center senilai 200 juta dolar AS dan penyerahan izin perluasan investasi kepada PMA Amerika Serikat terkait akomodasi cottage dan pariwisata di Raja Ampat senilai 200 juta dolar AS.
Selain itu, juga ditandatangani kerjasama antara Dalian Maritime University (Cina) dengan 5 universitas di Indonesia (ITB, Universitas Sam Ratulangi, Politeknik Negeri Manado, Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Manado).
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut pengembangan destinasi itu rumusnya 3A, Atraksi, Akses dan Amenitas. Isu di Sulut itu, ketiga-tiganya sudah kritis. Akses udara, perlu airports dengan kapasitas besar, dan airlines yang lebih banyak daya angkutnya.
“Sedangkan amenitas, saat ini sangat kurang hotel di Manado! Atraksi juga harus ditambah, agar orang stay lebih lama di Sulut. Tapi saya yakin karena CEO Commitment-nya jalan! Keseriusan dan komitmen gubernurnya sangat oke,” kata Arief Yahya. Itulah yang memberi keyakinan bahwa Sulut dan Manado akan makin hebat ke depan.
Baca Juga : Meriahkan PKB 2017, Gianyar Siapkan 1500 Seniman
Investasi di akses (konektivitas) maupun amenitas itu menjadi isu di pariwisata Sulut. Menpar Arief Yahya menjelaskan, isu konektivitas menjadi penting untuk menopang pertumbuhan sektor pariwisata Sulut.
“Isu konektivitas tersebut menyangkut One Belt One Road (OBOR) yang dicanangkan oleh Presiden Xi Jinping yang di dalamnya terdapat empat komponen utama yakni kawasan industri, pembangunan kota baru, pembangunan airport dan pelabuhan baru serta destinasi pariwisata,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Dia menilai, potensi konektivitas tersebut akan sangat besar apabila dapat dikapitalisasikan dalam suatu proyek investasi bersama baik dengan Cina maupun dengan investor dari negara-negara lainnya.
“Contohnya untuk rute kapal pesiar (Cruise Ship) bisa dikembangkan dari Bali ke Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi, Banggai, Toegan, kemudian ke Bunaken, selanjutnya Morotai, Raja Ampat dan terakhir di Tual,” tukas Menpar Arief Yahya. (*)