BEM Mandala Waluya Gelar Bakar Lilin Kenang Randi dan Yusuf

BAKAR LILIN - Ratusan mahasiswa Stikes Mandala Waluya Kendari menggelar aksi bakar lilin untuk mengenang Randi dan Yusuf, mahasiswa UHO yang tewas dalam aksi demonstrasi di Kantor DPRD Sultra, Kamis, 26 September 2019. Aksi bakar lilin dilakukan di halaman kampus Stikes Mandala Waluya, Minggu (29/09/2019) malam. (Randi/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Ratusan mahasiswa Stikes Mandala Waluya Kendari menggelar aksi bakar lilin untuk mengenang Randi dan Yusuf, mahasiswa UHO yang tewas dalam aksi demonstrasi di Kantor DPRD Sultra, Kamis, 26 September 2019. Aksi bakar lilin dilakukan di halaman kampus Stikes Mandala Waluya, Minggu (29/09/2019) malam.

Ketua BEM Stikes Mandala Waluya, Rahmat mengatakan, aksi bakar lilin itu untuk mengenang Randi dan Yusuf sebagai aksi solidaritas. Menurutnya, kedua pejuang demokrasi itu merupakan bagian dari tubuh mereka dalam ikatan emosional sesama mahasiswa.

Baca Juga : Doa untuk Randi dan Yusuf, Mahasiswa Konawe Bakar Lilin dan Salat Gaib

“Mereka adalah bagian dari kami. Jadi malam ini kami mengenang Randi dan Yusuf, yang gugur di medan juang. Kita kirimkan doa agar diterima di sisi Tuhan,” ungkap Rahmat.

Selain itu, Rahmat juga meminta agar pihak kepolisian mengusut kasus penembakan tersebut hingga tuntas dan dilakukan secara objektif.

“Besok kita akan gelar aksi di jalan. Menuntut agar kasus penembakan yang menyebabkan gugurnya saudara kami terselesaikan dengan tuntas,” tutupnya.

Baca Juga : UHO Gelar Salat Gaib untuk Almarhum Randi dan Yusuf

Selain aksi bakar lilin, mahasiswa Stikes Mandala Waluya Kendari membacakan puisi Sedarah, ciptaan La Ode Munawal Akbar, khusus atas tragedi September Berdarah. Pembacaan puisi ini diiringi lalu gugur bunga yang membuat suasana hening dan haru.

Puisi bertajuk Sedarah (September Berdarah) dibawakan langsung oleh La Ode Munawal Akbar.

Kawan-kawanku….
Peluru itu seketika menghentikan denyut nadiku
Mengakhiri panjang nafasku
Aku tak ingin kalian sesial aku
Mati di jalan itu, di tangan seorang brutal
Tanpa ku tahu siapa namanya
Dan semarah apa dia kepadaku

Kawan-kawanku….
peluru itu menghabisi nyawaku
Menembus dada tak terkendali
Tubuhku regang, terjatuh di jalan itu
Seketika aku tidak mendengar suara kalian
Mataku gelap, aku tak berdaya
Dan hilang

Aku ingin kembali besama kalian lagi
Berteriak, menghujam pedang suara di dada mereka
Mengetuk nurani mereka yang kosong
Mengutuk mereka yang nanar

Aku ingin kembali di jalan itu
mengepalkan tangan perlawanan, mengangkat bendera keadilan
Lalu kuteriakkan suara sebagai senjataku ke arah mereka
Akan kubidik dada mereka, agar mereka tersentuh oleh peluru nurani kemanusiaan

Kawan-kawanku
Tapi aku tak kuat lagi
Aku tidak berdaya untuk kembali ke barisan itu
Pulanglah,
Pulanglah jika kalian membuatku takut
Pulanglah kalian yang membuatku sepi dalam gelombang perlawanan
Aku ingin menyendiri bersama keberanian
Mengadu kepada benar dan menangis bersama penderitaan. (b)

 


Reporter: Randi Ardiansyah
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini