Jangan Cari Asrun dan ADP di Banjir Kendari

Jangan Cari Asrun dan ADP di Banjir Kendari
Jangan Cari Asrun dan ADP di Banjir Kendari

Jangan Cari Asrun dan ADP di Banjir Kendari Jangan Cari Asrun dan ADP di Banjir Kendari

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – “Banjir” sebuah kata yang begitu karib dengan warga Kendari karena selalu hadir kala hujan turun tanpa henti sejam atau dua jam. Pada waktu-waktu tertentu banjir dianggap hanyalah air lewat yang akan surut dalam satu dua jam.

Lain cerita bila hujan turun dalam satu dua hari tanpa henti, banjir akan betul-betul menunjukkan jati dirinya dengan membuat warga angkat kaki dengan segala perabot kehidupannya. Warga akan mengungsi ke sanak saudara juga tetangga jadi solusi sementara, warga yang tinggal di ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini.

Pada kondisi demikian warga di dunia maya maupun dunia nyata seketika-otomatis perang saudara soal “apa yang telah dilakukan walikota selama ini?”. Ada yang pro, pun ada yang kontra terhadap Walikota Asrun dan Wakil Walikota Musadar Mappasomba yang sudah memasuki periode kedua akhir masa jabatan.

Perdebatan hingga saling “mengkafirkan” antar aliran pro dan kontra tidak jauh-jauh dari soal program walikota dan rencana Asrun yang hendak maju sebagai calon gubernur. Kira-kira perbincangannya kurang lebih sama dengan uraian berikut.

Aliran fanatis dari kalangan pro bertahan dengan dalilnya soal alamiah alam, kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan, dan pembelaan lainnya yang menimbulkan kesan “jangan cari Asrun!”. Kubu ini berada di garis terdepan melancarkan jawaban selogis-logisnya.

Sementara dari aliran kontra akan mengemukaan teori-teori tentang ketidakbecusan mengurus drainase, proyek penimbunan di teluk kendari yang jadi penyebab banjir, dan “dosa-dosa” pemerintahan Asrun lainnya hingga menggerutu “dimana walikota?”.

Ada pula warga yang sedikit “nakal” dengan mencari dimana pasangan calon walikota terpilih Adriatma Dwi Putra (ADP) dan Sulkarnain. Pertanyaan ini mudah dan langsung dipatahkan dengan perkataan “mereka belum dilantik, jangan cari ADP!”, namun bisa melebar ketika dikait-kaitkan dengan posisi ADP sebagai putra kandung Asrun yang akan dilantik pada Oktober 2017 mendatang.

#Asrun dan ADP dalam Lingkaran Kekuasaan dan Lingkaran Banjir

“Asrun” dan “ADP”, dua sebutan yang sama populernya dengan kata “banjir”. Lingkaran kekuasaan di Kota Kendari belum keluar dari garis ayah-anak itu, sebagaimana banjir yang enggan menyingkir dari singgasana musim hujan.

Asrun merupakan seorang Master Of Engginering Science dari University New South Wales di Sydney. Tentu gelar yang sangat mentereng bagi seorang Insinyur yang memunculkan pendapat sukses membangun Kendari tanpa utang.

Ia menjabat Walikota Kendari 2007 lalu kemudian terpilih lagi pada 2012 silam. Kepemimpinannya akan berakhir pada Oktober 2017 dan sudah jelas pelanjutnya adalah anak kandunganya sendiri, ADP yang sudah ditetapkan jadi calon walikota terpilih.

Jika membahas Asrun dalam pemerintahannya maka tak perlu jauh-jauh dari visi misinya ketika tampil kembali dalam pertarungan terakhir 2012, periode kedua. Hal itu terlihat dengan jelas dalam buku “Visi Misi Calon Walikota dan Wakil Walikota Kendari 2012-2017” yang dibuat oleh KPU Kendari.

Dalam draft visi misinya, Asrun tak menyebut secara gamblang soal banjir. Kata “banjir” tak tertulis dalam rencananya membangun Kota Kendari 2012 sampai 2017. Dalam pemaparannya yang dekat dengan persoalan banjir yakni memfasilitasi dan pembangunan sistem drainase kota, pembangunan sarana dan prasarana pengairan, dan penataan kawasan teluk Kendari .

Baca Juga : Hujan Deras, Banjir Landa 11 Kecamatan di Kota Kendari

Dalam suatu wawancara awal April 2017 ini, Asrun mengakui jika penanganan genangan banjir akan menjadi prioritas utama pasangan walikota selanjutnya ADP dan Sulkarnain. Sudah ada master plan (rencana induk) namun karena keterbatasan anggaran sehingga belum semua dapat dituntaskan.

Terdapat drainase-drainase yang sudah dapat dituntaskan namun yang perlu perhatian serius adalah drainase untuk saluran primer/utama banjir. Hal itu penting sebab bila ditilik dari segi geografis titik rawan banjir dulunya adalah rawa-rawa yang kemudian ditimbun oleh masyakat untuk pemukiman.

“Dengan begitu penyimpanan air sementara tidak ada lagi karena sudah jadi pemukiman. Itulah kadang yang membuat genangan banjir lewat di rumahnya orang dalam 15 menit sampai 1 jam, ini sudah sangat mengganggu bagi masyarakat. Nah ini menjadi pemikiran kita ke depan untuk mengatasinya,” tutur Asrun.

Pengakuan Asrun tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa memang pemerintahan kota di bawah kepemimpinannya belum mampu menghilangkan “penyakit” ibu kota yang kumat pada 2013 silam. Penyakit sama yang kembali kambuh dengan hujan sedang yang tak berhenti turun dari 11 Mei lalu sampai 14 Mei 2017 malam (yang sepertinya akan terus berlanjut).

Sementara itu, terkait banjir ini sepertinya sudah dipikirkan dan sudah ada resep jitu dari ADP. Gagasannya (mungkin juga digagaskan) tertuang dalam buku “Visi Misi Calon Walikota dan Wakil Walikota Kendari 2017”. Ia menyebut secara gamblang soal banjir dan penanganannya, kendati tak ada kebaruan atau “wah” dalam idenya karena masih berkutat soal drainase dan normalisasi anak sungai.

Dalam pemaparan visi misinya, ADP mengatakan penyebab genangan air yang kerap terjadi karena sistem drainase belum seluruhnya tertata dengan baik. Pesatnya laju pertumbuhan pemukiman warga masih belum seimbang dengan pembangunan infrastruktur jalan dan drainase.

Untuk menanggulangi ancaman banjir sistem drainase akan ditata dengan menyediakan master plan pembangunannya. Selain pembangunan drainase, langkah lain yang akan ditempuh untuk mengantisipasi banjir adalah dengan cara membangun kanal untuk menanggulangi banjir yang sering kali terjadi di belakang kampus Universitas Halu Oleo (UHO).

“Termasuk normalisasi beberapa anak sungai yang kerap mengalami penyumbatan saat musim hujan karena tumpukan sampah. Dengan demikian demikian ADP-Sul bertekad untuk mewujudkan Kota Kendari bebas banjir 2020,” sebagaimana tertulis dalam visi misi ADP.

Terkait penanganan banjir ini, ADP juga mempertegasnya ketika melakukan kampanye akbar bahwa masyarakat dipersilahkan menghujat dirinya jika dalam dua tahun tak mampu menyelesaikan persoalan banjir. Namun sayang janji itu isinya terkesan setengah hati karena hanya “siap dihujat” bukan “siap mundur dari jabatan walikota”.

#Banjir dan Karir Politik Asrun – ADP

Karir politik Asrun dan ADP masih sangat panjang, begitu pun banjir yang masih akan menggelora menyambut warga Kendari. Bila melihat potensi jangka panjang kedua figur yang menuduki jabatan strategis di Partai Amanat Nasional (PAN) ini, akan berlanjut sampai 10 atau 20 tahun ke depan.

Asrun adalah Ketua PAN Kendari sedangkan ADP adalah Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Sultra. Posisi dipartai ini masih bisa lagi digenjot sampai ADP jadi Ketua PAN Kendari maupun Asrun yang bisa saja jadi Ketua DPW PAN Sultra.

Cakar-cakarannya begini: Asrun Walikota 2007-2017, Gubernur 2018-2023, Gubernur 2023-2028 dan ADP ,Walikota dua periode 2017-2027, Gubernur 2028, dan seterusnya,). Sebuah kolaborasi yang telah dibangun melalui pemilihan walikota Kendari 2017.

Rumus ini tentu hanya bisa berlaku jika keduanya mampu “menjual” keberhasilannya memimpim dalam sebuah skema marketing politik level kakap. Banjir yang tak tuntas tentu tak bisa dijadikan jualan politik Asrun menuju kursi gubernur.

Begitu pula ADP yang akan mengubur visi misinya jika Kendari masih tetap banjir setelah 2020. Sebaliknya, banjir dapat menjadi senjata bagi lawan politik untuk mengacak-acak rumus politik Asrun dan ADP. (A*)

 

Penulis : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini