Menelusuri Keindahan Bukit Modus, Zona Rimba TN Rawa Aopa Watumohai

1506
Menelusuri Keindahan Bukit Modus, Zona Rimba TN Rawa Aopa Watumohai
BUKIT MODUS - Suasana malam hari di atas Puncak Bukit Modus, Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW). (Dokumentasi tim TN Rawa Aopa Watumohai_bertabur_bintang_Putu_Sutarya:2016).

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Keindahan Bukit Modus yang berada dalam kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memang tidak diragukan lagi. Bentang bukit berbaris rapi dengan kontur ketinggian berbeda menambah karisma obyek wisata ini bagi siapa saja yang melihatnya.

Zonasultra.com kali ini berkesempatan melakukan perjalanan selama dua hari satu malam untuk menelusuri setiap sisi Bukit Modus, yang konon katanya adalah zona rimba dari TNRAW.

Zona rimba sendiri merupakan zona yang menjadi ruang khusus publik dan bukan untuk dijadikan sebagai ruang komersil, sehingga tidak dapat dihadirkan fasilitas seperti di tempat wisata yang lain.

Zona rimba hanya dapat dilakukan aktivitas pengamanan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan, pembinaan habitat, ilmu pengetahuan pendidikan, kegiatan penunjang budidaya wisata alam terbatas, dan pembangunan fasilitas pengamanan.

Tim ekspedisi Bukit Modus zonasultra, Kamis (10/5/2018) bersama petugas TN Rawa Aopa Watumohai. (ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM)

Perjalanan kami mulai dari gerbang pertama taman nasional Desa Tatangge, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) menuju gerbang kedua yang sudah masuk Kabupaten Bombana sekitar 24 km. Jalan aspal mulus yang masuk dalam zona khusus taman nasional menjadi pemotong hamparan savana dan hutan di sisi kiri dan kanan memberikan kesan yang sulit dilupakan bagi siapa saja yang pertama kali berkunjung ke lokasi ini. Apalagi, perjalanan kami menggunakan kendaraan motor trail. Saran, untuk masuk ke Bukit Modus baiknya menjelang sore hari.

Menuju ke Bukit Modus kami menggunakan jalur Kawasan Resor Langkowala. Setelah itu kami memasuki kawasan padang savana yang menjadi savana terluas di taman nasional ini. Suasana sore hari menjelang sunset, kawasan ini terlihat seperti air laut yang menelan senja di ufuk barat, ditambah langit yang berwarna kemerahan. Bagi Anda yang beruntung dapat merasakan suasana ini, namun jika kondisi cuaca kurang bersahabat momen ini tidak akan ditemukan.

Setelah melewati kawasan savana, saatnya memasuki blok Pampaea yang memiliki sungai dengan aliran air cukup deras. Perjalanan kurang lebih 1,5 jam dengan jarak tempuh sekitar 3,5 km, tak terasa kami mulai memasuki kawasan Bukit Modus.

Bentang bukit dengan tekstur tanah berbatuan mulai memanjakan mati. Uniknya, bukit ini tidak ditumbuhi oleh ilalang melainkan rerumputan, sehingga tidak mengganggu para pengunjung yang melewati kawasan tersebut.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Luas kawasan Bukit Modus sekitar 104 hektar, terdiri dari bukit, kawasan hutan tempat hidup sejumlah fauna endemik Sultra seperti maleo, rangkok dan kakatua putih jambul kuning. Puncak Bukit Modus memiliki ketinggian 150 MDPL.

Salah satu burung endemik Sultra yang hidup di kawasan TN Rawa Aopa Watumohai yakni Burung Kakak Tua Jambul Kuning. (Dokumentasi tim TN Rawa Aopa Watumohai, Bernadus Agus Hartanto:2017).

Lokasi puncak menjadi tempat favorit pengujung untuk mendirikan tenda karena dari atas puncak Anda dapat melihat bentang alam Bukit Modus dan laut. Suasana malam dengan taburan bintang juga dapat dilihat dengan jelas, serta momen sunset dan sunrise dari Puncak Modus juga menjadi perburuan para pencita wisata alam.

(Baca Juga : Ingin Merasakan Sensasi Keindahan Padang Savana, Yuk ke Taman Nasional Rawa Aopa)

Untuk mengabadikan setiap momen di Bukit Modus, ada baiknya persiapkan kamera yang standar serta kamera pendukung lainnya misalnya go pro atau mirorless. Sebab perlengkapan yang kurang dapat membuat Anda menyesal karena tidak dapat mengabadikan momen terindah di atas Puncak Modus.

Didiami Suku Asli Moronene

Lalu kata Modus sebenarnya apa? Bagi orang awam mungkin akan menginterpretasikan kata modus itu hal yang negatif misal seperti berkembang saat ini “modal dusta”. Tapi perlu diketahui Modus berasal dari kata Moronene Dusun. Sebab wilayah ini didiami oleh masyarakat asli Moronene yang tinggal di kawasan Desa Adat Hukae. Secara administratif, Bukit Modus masuk dalam wilayah Kabupaten Bombana, tepatnya di Desa Watu-watu Kecamatan Lantari Jaya.

Pihak taman nasional mengharapkan dukungan masyarakat, terutama bagi pengujung yang ingin ke Bukit Modus dapat melapor kepada petugas TNRAW. Hal ini dimaksudkan agar pengujung tidak melakukan tindakan yang mengancam kawasan taman nasional. Kemudian, dengan didampingi petugas, pengunjung bukan hanya menikmati keindahan Bukit Modus tetapi juga ilmu pengetahuan.

Secara umum kawasan taman nasional terbagi menjadi beberapa zona yakni zona inti. Zona inti sangat sensitif tidak diperbolehkan ada kegiatan lain. Kemudian zona pemanfaatan dapat dimanfaatkan menjadi kawasan komersil, selanjutnya zona rimba, zona tradisional digunakan untuk pemanfaatan tradisional seperti kawasan mangrove dapat dilakukan budidaya kepiting, zona rehabilitasi untuk merehabilitasi kawasan rusak, dan zona khusus yakni jalan poros yang menghubungkan Konawe Selatan (Konsel) dan Bombana.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Sekilas Tentang TNRAW

SAUJANA – Hamparan Saujana yang berada di kawasan Zona Rimba Bukit Modus, (Dokumentasi tim TN Rawa Aopa Watumohai_Saujana_Putu_Sutarya:2016).

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan kawasan pelestarian alam dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Berdasarkan data potensi Balai TNRAW, tercatat 321 jenis satwa liar yang terdiri dari mamalia sebanyak 28 jenis, aves sebanyak 218 jenis, reptil sebanyak 11 jenis, pisces sebanyak 28 jenis, amphibia sebanyak 3 jenis, dan lain-lain.

Dilansir dari nusapedia.com, TNRAW memiliki luas sekitar 105.194 ha. Secara administratif, taman nasional ini masuk ke dalam wilayah di beberapa kabupaten, antara lain di Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan (Konsel) seluas 46.764 ha, di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) seluas 12.825 ha dan di Kabupaten Bombana seluas 46.605 ha.

Kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional kelompok hutan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-11/90 pada tanggal 17 Desember 1990. Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, Rawa Aopa Watumohai terdiri dari beberapa kelompok hutan, di antaranya Taman Buru Gunung Watumohai seluas 50.000 ha (SK Menteri Pertanian No. 648/Kpts/Um/10/1976 tanggal 15 Oktober 1976), dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa seluas 55.560 ha (SK Menteri Kehutanan No. 138/Kpts-11/1985 tanggal 11 Juni 1985). Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai terdiri dari tipe ekosistem hutan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar.

SOFT LAYER – Gambaran lain hamparan Saujana bukit Modus TN Rawa Aopa Watumohai (Dokumentasi tim TN Rawa Aopa Watumohai_Soft_layer_Putu Sutarya:2016)

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 1983 mencetuskan ide untuk membangun suatu kawasan konservasi taman nasional dengan nama Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) yang merupakan penggabungan antara kawasan Taman Buru (TB) Watumohai dan Suaka Margasatwa (SM) Rawa Aopa. Sudah tentu didasarkan pada pertimbangan yang mendalam dan berangkat dari pentingnya manfaat pelestarian kawasan itu sendiri.

TN Rawa Aopa Watumohai dan Rawa Tinondo ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) untuk kepentingan lingkungan hidup melalui PP Nomor 26 Tahun 2008. Kedua kawasan tersebut memiliki persamaan nilai penting terutama terkait fungsi-fungsi hidrologis dan perlindungan habitat rawa darat. (A)

 


Penulis : Ilham Surahmin
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini