Ada dua laporan perekonomian yang menarik disimak. Laporan dari Bappenas. Dirilis 17 Juni 2020. Judulnya, Laporan Perkembangan Ekonomi Indonesia dan Dunia Triwulan I Tahun 2020. Satunya lagi, laporan dari Bank Indonesia. Dirilis 4 Juni 2020. Judulnya, Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara Mei 2020.
Dua laporan ini memiliki kesamaan. “Mengeluhkan” dampak Covid-19. Membicarakan kondisi perekonomian sepanjang Januari sampai Maret 2020.
Sebenarnya, banyak laporan lainnya. Tapi kita pilih yang terkait Sultra saja. Posisi relatifnya terhadap nasional atau regional Sulawesi. Tentu Anda sudah bisa menebak. Ekonomi melemah.
Laporan itu kompleks membahas segala macam variabel perekonomian. Tapi tulisan ini membatasinya pada parameter umum yang sering dijadikan standar mengukur keberhasilan. Pertumbuhan ekonomi. Makhluk apa itu?
Kita cari pengertian yang sederhana. Pertumbuhan ekonomi adalah keadaan naiknya pendapatan karena adanya kenaikan produksi barang dan juga jasa. Kita garis bawahi pendapatan. Kenaikan pendapatan itu dibandingkan. Umumnya, setiap tiga bulan. Atau juga per tahun.
Wabah Covid-19 memaksa negara-negara di dunia mengurangi aktifitas ekonominya, termasuk Indonesia. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi mengalami tekanan. Ada negara yang tetap tumbuh. Tapi melambat. Itu masih lebih baik daripada yang pertumbuhannya minus.
Indonesia sendiri tumbuh. Tapi melambat. Dibandingkan secara year on year (yoy). Hanya 2,97 persen. Penjualan semen, sepeda motor, mobil semuanya menurun. Ini menunjukkan orang yang membangun rumah, kos-kosan, kantor, hotel, menurun. Termasuk orang yang beli kendaraan baru.
Indonesia masih cukup beruntung dibanding negara ASEAN lain semisal Singapura dan Filipina. Negeri Singa malah minus 2,2 persen. Filipina minus 0,2 persen. Vietnam yang memang perkasa sejak tahun lalu, juga melambat dengan pertumbuhan yang hanya 3,8 persen.
Negara-negara besar dengan ekonomi kuat juga bertumbangan. Amerika Serikat hanya tumbuh 0,3 persen. Cina terperosok ke minus 6,8 persen. Jepang minus 2,2 persen. Jerman minus 2,3 persen, dan Inggris minus 1,6 persen.
Sulawesi Tenggara, kampung kita, dimana posisinya dalam level nasional atau regional Sulawesi? Sepanjang Triwulan I (Januari-Maret), pertumbuhan ekonomi kita hanya 4,4 persen. Padahal, di Triwulan IV (Oktober-Desember) 2019, Sultra tumbuh 6,9 persen.
Di level nasional, pertumbuhan ekonomi Sultra masih di atas rata-rata. Kita masih masuk 10 besar nasional sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi. Sultra di urutan ke sembilan dari 34 provinsi.
Di regional Sulawesi, Sultra berada di posisi ketiga setelah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang tumbuh masing-masing 4,9 persen. Sulawesi Selatan sendiri, sebagai negara dengan perekonomian paling maju di Sulawesi hanya tumbuh 3,1 persen.
Dari pertumbuhan sebesar 4,4 persen tadi, sektor pertanian masihlah sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi tertinggi sebesar 23,95 persen. Disusul sektor pertambangan dan penggalian sebesar 20,58 persen.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sultra disebabkan penurunan kinerja pada seluruh sektor seperti konsumsi, investasi, dan ekspor. Sederhananya, orang-orang mengurangi belanja-belanjanya, pengusaha tidak buka cabang dulu, ekspor juga berkurang karena orang luar negeri mengurangi pesanannya.
Perlambatan ini diproyeksikan akan terus berlangsung pada triwulan-triwulan berikutnya. Diprediksi, pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. Kita hanya menjaga, jangan sampai benar-benar anjlok. Sejauh ini, kita masih lumayan ketimbang 25 provinsi lainnya. Kita perlu syukuri.***
Oleh : Andi Syahrir
Penulis Merupakan Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Dinas Kominfo Prov. Sultra