Pria Penderita Tumor Ganas di Koltim Butuh Uluran Tangan Dermawan

1602
Pria Penderita Tumor Ganas di Koltim Butuh Uluran Tangan Dermawan
TUMOR GANAS - Sejak menderita penyakit tumor ganas, Andara (54), warga Kelurahan Tababu, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Provinsi Sulawesi Tenggara hanya bisa berpangku tangan di dalam rumah. (Samrul/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, TIRAWUTA – Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali memperingati hari jadi yang ke-6, Senin (22/4/2019). Berbagai kegiatan digelar seperti aneka lomba, upacara yang dirangkaikan dengan santap siang nan lezat, hingga acara tabliq akbar malam ini.

Namun di balik kemeriahan HUT Koltim kali ini, ada satu warganya yang tidak bisa menikmati kemeriahan tersebut. Dia adalah Andara (54), warga Kelurahan Tababu, Kecamatan Tirawuta. Oleh dokter, Andara divonis mengidap tumor di dada dan sudah memasuki stadium empat (ganas).

Sejak menderita penyakit mematikan ini, Andara hanya bisa berpangku tangan di dalam rumah.

Rumah berukuran 5×7 meter menjadi satu-satunya tempat berlindung bagi dirinya, istri, dua orang anak serta kedua cucunya. Rumah papan beratap rumbia ini merupakan pemberian anak ketiganya yaitu Irfan Saputra. Sedihnya, meskipun memiliki rumah, namun tanah yang ditempati sampai saat ini adalah milik orang lain.

Pria Penderita Tumor Ganas di Koltim Butuh Uluran Tangan Dermawan
Di rumah inilah, Andara dan Ici serta dua anak serta dua cucunya tinggal. Rumah yang berdiri diatas tanah milik orang lain. (Samrul/ZONASULTRA.COM)

Andara dikaruniai empat orang anak. Mereka adalah Jalaludin (31), Nurani (29), Irfan Saputra (26), dan Alading (17). Dari keempat anaknya, hanya Jalaludin dan Alading yang masih tinggal bersamanya. Sementara Nurani dan Irfan Saputra telah berumah tangga dan memiliki tempat tinggal sendiri. Alading sendiri kini masih mengeyam bangku SMA di Raterate.

Baca Juga : Kisah Ibu Pemecah Batu di Maligano: Berjuang Demi Anaknya yang Mengidap Tumor

Saat dikunjungi awak zonasultra.id, Andara nampak menahan rasa sakit yang menurutnya terasa dari dada hingga tembus ke belakang.

“Sekarang ini saya berobat dukun. Banyak ramuan daun-daun dikasi oleh dukun. Ada juga ditumbukkan bawang merah. Sakitnya masih terasa,” kata Andara, Senin (22/4/2019).

Sebelum berobat ke dukun, Andara pernah berobat secara medis. Mulai dari Puskesmas Tirawuta, RSUD Kendari, bahkan sampai ke rumah sakit di Kota Makassar. Namun ia tak juga kunjung sembuh.

“Kalau di RSUD Kendari sembilan hari saya di sana. Satu kali dikemo. Sedangkan di rumah sakit Makassar 19 hari saya di sana, dan satu kali kemo juga. Memang agak mendingan setelah dikemo. Tetapi setelah itu datang lagi sakitnya sampai sekarang. Kalau datang sakit, apalagi kalau nyut-nyut, astaga sakit sekali. Saya tidak bisa duduk apalagi sampai baring,” cerita Andara.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Selama dalam penanganan medis, Andara mengaku tak mengeluarkan biaya sedikit pun karena ia memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat. Ia hanya mengeluarkan biaya untuk ongkos perjalanan menuju rumah sakit saja.

“Waktu ke RSUD Kendari kami rental mobil dari sini (Koltim). Sewanya Rp500 ribu per hari. Pernah saya disuruh kembali untuk kemo kedua kalinya tapi saya tidak kembali lagi karena tidak ada uang buat sewa ke sana. Ke rumah sakit Makassar lebih besar lagi biayanya. Di mana saya mau ambil uang kasian,” ujarnya.

Beban berat memang memukul keluarga ini. Jangankan ongkos berobat, untuk kehidupan sehari-hari saja ia mengharapkan pemberian anak pertamanya yang bekerja sebagai pembantu pembongkaran barang-barang kampas di Raterate.

Sang istri, Ici (54) juga tak dapat berbuat banyak guna menghidupkan sumbu kompor dalam rumah. “Mau menjual, saya tak punya modal. Kalau sudah memasak saya hanya jaga cucu sambil merawat suami,” ujarnya.

Meski begitu, Ici sedikit bersyukur sebab namanya masuk dalam kategori Penerima Keluarga Harapan (PKH). Nilainya sebesar Rp430 ribu. Selain itu, ia juga tercatat sebagai penerima jatah beras sejahtera (rastra).

Baca Juga : Penderita Tumor Perut di Kolut Butuh Uluran Tangan

Wanita asal Polman (Polewali Mandar) Sulawesi Selatan (Sulsel) ini mengatakan, khusus biaya pendidikan anak bungsunya, Alading, ditanggung bersama oleh kakak-kakaknya.

“Kalau bapak sudah tak bisa lagi bekerja seperti biasa. Kebun dari bagi tanah yang kami harap juga sudah tidak bisa diandalkan lagi. Mericanya sudah banyak yang mati. Datang hujan mati, datang panas matahari juga mati. Mau apa lagi,” ungkapnya.

Berawal Benjolan Sebesar Jagung

Andara tak bisa menyembunyikan sakit tumor yang menghinggapinya, meskipun wajahnya tampak biasa-biasa saat ditemui. Ia sudah tak bisa lagi mengenakan baju. Hanya sarung sebagai penutup badannya. Luka yang menganga di dadanya juga mengeluarkan bau tak sedap.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih
Pria Penderita Tumor Ganas di Koltim Butuh Uluran Tangan Dermawan
Andara bersama sang istri, Ici serta cucunya.

Sambil bersandar di kursi plastik, Andara menceritakan awal mula penyakitnya. “Awalnya ada benjolan di dada ketika saya masih sekolah dasar. Tetapi namanya juga anak-anak tidak dipikirkan mengapa bisa benjol begitu. Masih kecil kala itu seperti biji jagung,” kata Andara mengawali kisahnya.

Sebagai anak-anak kala itu, Andara menghabiskan waktu bermain dan bersekolah di Desa Dakka, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polman. Seiring pertumbuhan badan, rupanya benjolan yang melekat juga ikut membesar. Andara kemudian menikah dengan wanita pujaannya, Ici.

Andara tak terlalu memperdulikan benjolan tersebut. Begitu diajak oleh anaknya Irfan Saputra ke Koltim, Andara pun meninggalkan Polman. “Saya datang ke Koltim tahun 2012 lalu. Itu pun di sini (Koltim) saya kerja kebun dan sawahnya orang,” ucapnya.

Tahun 2018, benjolan yang kian membesar mulai meradang. Andara mulai merasakan sakit di dada, bahkan terasa sampai ke belakang. Namun semangat tempur untuk sesuap nasi tak terhalangi oleh rasa sakit itu.

“Terakhir sakit saya rasa waktu menabur pupuk di sawah. Di situ saya sudah tidak bisa tahan, apalagi air pupuk yang saya gunakan saat itu sempat mengena benjolan saya,” katanya.

Benjolan yang membesar tadi meletus dengan mengeluarkan darah bercampur nanah. Karena faktor ekonomi, Andara hanya mendapatkan perawatan seadanya di dalam rumah.

“Semakin parah maka saya dibawa ke Puskesmas Tirawuta. Lalu di bawah ke Kendari dan rumah sakit Makassar,” ungkapnya.

Meletusnya benjolan tersebut membuat sang istri ketakutan dan panik saat melihat dalamnya luka suaminya itu. “Bayangkan pak, lantaran dalamnya itu luka bisa masuk telur satu butir,” bebernya.

Ditengah ketidakberdayaannya, Ici berharap uluran tangan dari para dermawan untuk membantu pengobatan suaminya, termasuk berharap ada orang yang mengetahui cara mengobati penyakit suaminya itu.

“Kalau ada yang tau cara menyembuhkan bisa menghubungi kami di nomor 082249469598 atau bisa datang ke rumah kami di Kelurahan Tababu. Siapa tau dengan cara diajarkannya, suami saya bisa sembuh. Dan bisa mencarikan kami nafkah lagi,” harapnya. (SF/*)

 


Kontributor: Samrul
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini