Peran Penting Orang Tua Untuk Anak Korban Kekerasan Seksual

200
osen Psikologi Universitas halu Oleo (UHO), Yuliastri Ambar Pambudhi
Yuliastri Ambar Pambudhi

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Seminggu ini, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) dihebohkan dengan kasus penculikan dan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oleh mantan anggota TNI. Sebanyak 6 anak perempuan yang rata-rata duduk di bangku SD tercatat menjadi korban.

Berdasarkan pandangan psikologi, anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual tersebut kemungkinan besar akan mengalami trauma. Saat trauma, hal yang paling dibutuhkan adalah rasa nyaman, terutama rasa nyaman dari orang dewasa terdekatnya saat ini.

“Katakanlah, dalam kebanyakan kasus, yang paling dekat dengan anak adalah orang tua. Jadi, saat ini orang tua lah yang memiliki peran penting,” kata Dosen Psikologi Universitas halu Oleo (UHO), Yuliastri Ambar Pambudhi, Jumat (3/5/2019).

Baca Juga : Pelaku Penculikan dan Pencabulan Akhirnya Ditahan di Rutan Polda

Kata Yuliastri, banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk anak yang terkena trauma, misalkan memberi ruang untuk anak menenangkan diri, mengajak anak berkomunikasi jika anak menjadi lebih pendiam, mendorong anak untuk mengungkapkan perasaanya, mendengar cerita anak untuk membangung rasa aman dan percaya, hindari mengkritik, serta membatasi campur tangan orang yang tidak perlu.

“Jika kondisi sudah memungkinkan, ortu bisa mulai untuk membantu anak kembali ke rutinitas. Tapi satu hal yang mesti orang tua pantau, terhadap perubahan perilaku anak. Jika ada dan perlu bantuan maka orang tua bisa menghubungi profesional,” ujar Kaprodi Psikologi UHO.

Baca Juga : Cegah Penculikan, Wali Kota Kendari Berencana Pasang CCTV di Setiap Sekolah

Selain itu, anak juga bisa ditenangkan dulu di rumah. Dibiarkan maksudnya untuk menghindari pertanyaan atau kata-kata orang di sekeliling yang tidak perlu, yang mungkin berpotensi membuat anak semakin terpuruk.

“Maksudnya konsep “dibiarkan” di rumah disini sembari membangun rasa aman, nyaman dan percaya dari ortu ke anak. Ketika “benteng” pertahanan diri anak sudah kuat baru anak bisa didampingi perlahan untuk kembali bersosialisasi,” tutup Yuliastri. (a)

 


Kontributor : Sri Rahayu
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini