Cerita Dibalik Kemenangan Duta Bahasa Sultra 2022

182
Cerita Dibalik Kemenangan Duta Bahasa Sultra 2022
Duta Bahasa - Sepasang putra-putri asal Kendari, Abdullah Al Hayad Arafah dan Nurul Ilmiah Amirudin terpilih menjadi pemenang pada pemilihan duta bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra) 2022. (M9/zonasultra.id)

ZONASULTRA.ID, KENDARI – Pemilihan duta bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra) baru saja selesai dilaksanakan, Minggu 19 Juni 2022. Putra dan putri perwakilan Kota Kendari menjadi pemenang pada ajang ini.

Namanya Abdullah Al Hayad Arafah dan Nurul Ilmiah Amirudin. Sebagai peserta terpilih terbaik satu, mereka kini mempersiapkan diri menuju kontes pemilihan duta bahasa tingkat nasional mewakili Sultra.

Keduanya belum lama ini menceritakan pengalamannya saat mengikuti tahapan pemilihan, mulai dari pendaftaran hingga pengumuman pemenang.

Mereka menganggap proses itu sangat berharga dalam kisah hidup masing-masing.

Hayad panggilan akrabnya menuturkan, hal ini jadi pengalaman pertamanya. Awalnya informasi tentang pemilihan duta bahasa didapatkan dari seorang teman yang menyarankan untuk ikut serta pada kontes itu.

“Saya pun tanya apa syaratnya.Terus teman bilang, yang penting kamu bisa bahasa daerah, kuasai bahasa asing dan berbahasa Indonesia yang benar,” ucapnya kepada zonasultra.id.

Hayad sendiri telah menguasai empat jenis bahasa yakni bahasa daerah, bahasa Indonesia dan dua bahasa asing, Arab dan Inggris.

Dia pun merasa sedikit tegang ketika memasuki tahapan wawancara. Hayad berpikir apakah akan terpilih menjadi duta bahasa, sementara masih ada peserta yang terbaik lainnya.

Tapi ia mengaku saat mengikuti kegiatan ini muncul rasa kompetitif bahwa bisa menjadi duta bahasa.

“Bersyukur dari pendaftaran ke tahap berikutnya saya terpilih terus. Saya juga tidak percaya saat diumumkan menjadi 10 finalis pria. Tetapi saya percaya kalau hasil tidak menghianati usaha kita,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Dorong Peningkatan Kualitas Event Pariwisata, Dispar Sultra Launching KEN 2024

Adapun tahapan pemilihan dimulai dari pendaftaran peserta, seleksi berkas, wawancara satu, penulisan esai, wawancara dua lalu terakhir pengumuman.

Wawancara pertama kata dia, yang diverifikasi curiculum vitae (CV) apakah sudah sesuai dengan yang ditulis. Apabila dinyatakan sesuai maka masuk di tahap selanjutnya yaitu penulisan esai.

Pada sesi itu peserta diberikan tema besar tentang bahasa indonesia. Mereka diperintahkan untuk membuat tulisan esai, lalu dipersentasikan kembali.

“Wawancara kedua lebih ke psikologis. Disitu dilihat bagaimana kepribadian kita, pengalaman organisasi, kesiapan kita jika terpilih sebagai duta bahasa apa yang akan dilakukan mengenai perkembangan literasi di Sultra,” katanya.

Proses kegiatan tahapan seleksi duta bahasa pada sesi pemeriksaan berkas dan wawancara, peserta diminta datang kemudian kembali ke tempat masing-masing.

Tetapi setelah diumumkan 20 finalis, 10 pria dan 10 putri dilakukan karantina selama tujuh hari. Yang mana selama 5 hari di kantor bahasa, dan dua harinya di salah satu hotel di Kendari.

Nurul yang menjadi peserta terbaik satu mewakili 10 finalis wanita mengungkapkan, untuk pertama kali mengikuti kegiatan seperti ini. Adapun pengalaman yang paling berkesan adalah saat menjalani karantina dengan waktu cukup lama.

Menurutnya waktu mengikuti kegiatan lain belum ada karantina seperti pemilihan duta bahasa. Bertemu dengan peserta lain setiap hari, dari pagi sampai malam hari.

“Bahkan sampai jam 10 malam karena kami melakukan latihan koreografi yang akan ditampilkan di malam penobatan,” kata Nurul.

Mahasiswa di salah satu kampus di Jogjakarta ini juga mengaku senang bisa sering bertemu dengan peserta lain sehingga menimbulkan keakraban satu sama lain.

BACA JUGA :  Mengenal Quick Count, Benarkah Akurat?

Sebelumnya mereka belum pernah bertemu, namun dalam mengikuti tahapan mereka berjumpa dengan jangka waktu yang lama.

“Kami baru kenal semingguan, tapi obrolan seperti di grub WhatsAap kayak sudah kenal lama. Banyak candaan dan yang berkesan juga seperti foto-foto bersama,” ujarnya.

Adapun beberapa materi yang diterima para peserta dianggap baru seperti cara berbicara di depan khalayak umum, padanan kata serta pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“Misalnya handphone, jika menggunakan bahasa Indonesia yang benar sebutannya yaitu gawai,” katanya.

Pada pemilihan duta bahasa tahun sebelumnya, Nurul sempat ikut mendaftar, tetapi berkas yang disetorkan belum lolos seleksi.

Pemilihan tahun lalu berbeda dengan tahun ini. Tahun jik lolos berkas sudah jadi finalis. Sedangkan tahun ini harus melalui empat tahapan.

Peserta yang mendaftar pada gelaran tahun ini mencapai ratusan orang. Namun dari keseluruhan pendaftar, menyisahkan 20 peserta terbagi putra dan putri yang terpilih menjadi finalis.

Nurul tidak percaya akan terpilih sebagai pemenang. Saat itu ia justru menjagokan peserta lain yang menurut penilaiannya lebih baik dibanding kemampuannya.

Setelah terpilih sebagai duta bahasa, kedua putra-putri ini akan menjalankan beberapa program literasi dari kantor bahasa Provinsi Sultra. Misalnya peningkatan literasi, dipa atau bahasa Indonesia bagi penutur asing dan revitalisasi bahasa daerah.

Selain itu, mereka pula harus menyiapkan diri guna mewakili Sultra di perhelatan pemilihan duta bahasa nasional. Adapun yang perlu dipersiapkan terutama fisik, intelektual dan beberapa persiapan lain. (A)


Penulis: M9
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini