Cerita Nur Fajri yang Sukses Tanam Stroberi Organik di Kota Kendari

Cerita Nur Fajria yang Sukses Tanam Stroberi Organik di Kota Kendari
STROBERI ORGANIK - Stroberi Organik milik Nur Fajria dikembangbiakkan di pekarangan rumahnya yang berada di Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Baruga, Kota Kendari sejak 2018. (Ilham Surahmin/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Stroberi bukanlah tanaman asli Indonesia. Habitat aslinya adalah daerah sub-tropis, yaitu wilayah dengan empat musim. Sehingga mengembangkan buah bercita rasa asam di daerah tropis seperti Sulawesi Tenggara (Sultra), bagi sebagian orang sesuatu yang tidak mungkin.

Namun, Nur Fajri wanita berusia 45 tahun mematahkan pemikiran tersebut. Ia sukses mengembangbiakkan stroberi di pekarangan rumahnya yang berada di Kelurahan Wundudopi, Kecamatan Baruga, Kota Kendari sejak 2018.

Ibu yang bekerja sebagai pegawai honorer di Kantor Urusan Agama (KUA) Baruga itu menjelaskan, ia mendapatkan bibit pertama kali dari temannya asal Kota Bandung. Awal kali menanam stroberi, banyak orang yang mengejeknya karena tidak mungkin buah ini bisa tumbuh di daerah panas seperti Kota Kendari.

Bahkan, tanaman stroberi yang dikembangkannya pernah dirusak oleh oknum tidak bertanggungjawab yang membuatnya harus memulai kembali dari awal.

“Saya diejek mas, katanya tidak mungkin berbuah. Iya mungkin itu mereka mau patah semangat saya untuk tanam stroberi ini. Tapi karena dasarnya saya mencintai tanaman, ya saya tetap berusaha,” katanya saat ditemui di kediamannya, Kamis (3/10/2019).

(Baca Juga : Dulunya Hobi, Kini Tanaman Hidroponik Jadi Mata Pencaharian)

Tidak butuh waktu lama, sekitar empat bulan berproses kembali menanam stroberi dengan modal mengikuti pelatihan yang digelar Bank Indonesia (BI) Agustus 2018, serta membaca buku-buku tentang ilmu pertanian, ia akhirnya membuktikan bisa menanam stroberi dengan hasil buah yang banyak.

Cara Budidaya

Dari pengalaman selama berbudidaya stroberi, Nur Fajri menyebutkan caranya sangat mudah ketika sudah mengetahui ilmunya. Umumnya semua tanaman membutuhkan pupuk agar bisa tumbuh dengan baik. Ia sendiri membuat pupuk organik untuk stroberi.

Cerita Nur Fajria yang Sukses Tanam Stroberi Organik di Kota Kendari
Nur Fajri

Pupuk organiknya ini mengandung tiga unsur yakni nitrogen, phospat atau fosfor dan kalium (NPK). Unsur nitrogen didapatkan dari air kelapa yang berfungsi mempercepat proses tumbuhnya tanaman, kemudian unsur fosfor dari batang pisang yang dicincang berfungsi mempercepat presentase bunga menjadi buah serta kalium dari sabuk kelapa membantu penyerapan air dan unsur hara bagi tanaman.

Cara membuat pupuknya dengan melarutkan 50 liter air kelapa dengan 1 liter superdecomposer microba (MA11) ditambah dengan gula pasir 1 kilogram (kg) diaduk hingga merata kemudian ditutup selama satu minggu, serta dihindarkan dari kontak langsung dengan matahari dan hujan.

“Kalau sabuk kelapa itu, kita jadikan lapisan bawah untuk tanah tempat menanam kita lapiskan dengan tanah kemudian kita tanamkan stoberi. Dan larutan pupuk tadi akan kita siramkan secara rutin ke stroberi dengan komposisi 1 liter larutan pupuk dicampur 10 liter air biasa,” ungkapnya.

(Baca Juga : Mengenal Aunupe, Desa di Tengah Hutan Wolasi yang Penduduknya Sukses Bertani Organik)

Biasanya untuk mengganti unsur fosfor ia juga menggunakan limbah makanan seperti air cuci ikan, air beras, air sisa campuran makanan yang difermentasikan dengan MA11.

Dengan cara budidaya seperti itulah Nur Fajri sukses menanam stoberi di Kota Kendari dengan hasil buah yang cukup melimpah. Setiap dua bulan stroberi miliknya bisa menghasilkan buah. Sekali berbuah, satu polibag bisa didapatkan 7 buah stroberi.

Sayangnya, karena beberapa warga sekitar terkadang memetik buah miliknya secara diam-diam, ia belum bisa menghitung berapa produksi buah stroberinya dalam sebulan.

Cerita Nur Fajria yang Sukses Tanam Stroberi Organik di Kota Kendari

Tak hanya itu, stoberi yang dihasilkannya juga masih sebatas untuk dikonsumsi pribadi menjadi olahan jus dan campuran membuat aneka kue seperti kue cokelat.

Fajri juga menjelaskan, karateristik stroberi yang ditanam dengan cara organik tidak menghasilkan buah pada musim penghujan. Sebab, musim hujan adalah waktu di mana tanaman ini dikembangbiakan dengan cara merundukkan batangnya untuk menjadi anakan baru.

Sedangkan pada musim kemarau seperti saat ini waktu tanaman stroberi menghasilkan buah. Sehingga banyak batangnya dipotong agar konsentrasi pertumbuhannya tertuju pada bunga supaya menghasilkan buah yang banyak.

(Baca Juga : Kisah Petani di Konsel, Beli Air Kencing Lalu Dijadikan Pupuk)

Periode waktu buah bisa dipanen dengan kematangan yang baik yakni setiap dua bulan. Buah tersebut hanya tahan selama tiga hari dan kemudian membusuk.

“Musim hujan juga biasanya tanaman stroberi akan diserang hama, baiknya kita masukkan dalam green house agar tidak terkenan hujan secara langsung. Kalau kena hujan langsung daunya bisa bolong-bolong,” Fajri menambahkan.

Karena dibudidayakan secara organik, warna buah stroberi yang dihasilkannya pun berbeda dengan buah stroberi di pasaran Kota Kendari. Stroberi organik warnanya merah mengkilat sedangkan stroberi yang dikembangkan dengan pupuk kimia berwarna merah buram serta rasanya cukup jauh berbeda.

Menurutnya, setelah satu tahun berbudidaya, ia menganggap menanam stroberi di daerah panas seperti Kota Kendari sangat mudah dan ia sudah membuktikan sendiri. Kunci terpenting bagi ibu yang juga aktif sebagai penyuluh agama ini adalah menguasai ilmunya serta mencintai tanaman.

Pemasaran

Hingga saat ini pemasaran buah stroberi miliknya masih sebatas dari mulut ke mulut. Dalam satu kemasan berisikan 20 biji biasanya ia jual dengan harga Rp20 ribu. Ada juga pembeli yang membeli tanaman stroberinya yang sudah berbuah dengan harga Rp5 ribu.

“Belum terlalu luas sih pemasarannya mas, pembeli itu dari Kota Kendari ada juga dari Kolaka. Kalau yang beli di polibag biasanya untuk tanaman hiasnya saja,” ujarnya.

Cerita Nur Fajria yang Sukses Tanam Stroberi Organik di Kota KendariNur Fajri berharap ke depan ia bisa mendapatkan lahan yang cukup luas untuk mengembangkan tanaman stroberi organik tersebut. Bahkan, apabila diberikan lahan oleh pemerintah setempat ia ingin mengajak temannya yang juga membudidayakan stroberi membuat kawasan wisata kebun stroberi organik di Kota Kendari.

Ia pun mengajak warga Kota Kendari yang berkeinginan mengembangkan tanaman stroberi organik dan sayuran organik dapat memulai dari sekarang. Baginya, banyak manfaat menanam tanaman organik dengan memanfaatkan pekarangan rumah.

Dari sisi kesehatan, tanaman organik akan menghasilkan olahan makanan yang sehat, kemudian membantu orang lain yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal serta membantu pemerintah menekan inflasi yang sering terjadi di Kota Kendari karena harga sayuran yang mahal.

Fajri pun menegaskan saat ini ia sudah jarang membeli sayuran di pasar karena tanaman yang dikembangkannya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

“Jadi tiga alasan ini yang membuat saya mau mengembangbiakan tanaman organik mulai dari sayur hingga tanaman stroberi. Saya tahu, stroberi salah satu buah yang menjaga kesehatan dari penyakit kanker payudara,” katanya.

Soal modal bercocok tanam stroberi, ia mengungkapkan tidak terlalu besar. Apabila dihitung ia sudah menghabiskan sekitar Rp5 juta untuk membuat satu green house dan keperluan lainnya.

Nur Fajri merupakan anggota dari Kelompok Wanita Tani (KWT) bentukan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sultra. Jumlah mereka ada 10 orang, dan saat ini yang aktif membudidayakan stroberi ada 4 orang.

Ia menyebutkan bantuan dari BI Sultra sudah cukup banyak sehingga ia bisa membudidayakan tanaman stroberi, di antaranya bantuan MA11, pelatihan dan pengarahan secara rutin oleh tim BI Sultra. (*)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini